Gangguan Sulit Tidur Mesti Diatasi

Insomnia merupakan gangguan sulit tidur pada malam hari. Jika keesokan harinya harus kembali bangun pagi, Anda tidak akan mendapat tidur yang cukup.
Berbagai penelitian telah menunjukkan, efek dari insomnia bukan hanya tubuh merasa lelah dan sulit berkonsentrasi kesesokan harinya.

Penelitian di Cina menyebutkan, orang yang mengalami insomnia akan lebih berisiko memiliki tekanan dari tinggi. Jika tekanan dari tinggi tidak dikendalikan lambat laun akan meningkatkan serangan jantung dan stroke.

Penelitian yang dilakukan di West China Hospital, Universitas Sichuan, Chengdu, Cina ini mempelajari 219 orang yang mengalami insomnia dalam jangka panjang yaitu sulit tidur selama sekitar 6 bulan.

Kelompok kedua yaitu 96 orang yang tidak mengalami gangguan tidur dengan usia rata-rata 40 tahun. Sebanyak 60 persen peserta penelitian ini adalah wanita.

Peneliti memantau tidur mereka menggunakan Multiple Sleep Latency Test (MLST). Menurut penelitian, mereka yang mengalami insomnia jangka panjang dan membutuhkan waktu 14 menit untuk tertidur lebih berisiko tekanan darah tinggi atau hipertensi. Jika mereka membutuhkan waktu 17 menit untuk tertidur, risiko darah tinggi pun lebih meningkat.

"Multiple Latency menunjukkan risiko hipertensi lebih tinggi pada mereka yang insomnia jangka panjang," ujar penulis penelitian dokter Alexandros Vgontzas yang fokus menangani gangguan tidur di Departemen Psikiatri, Pennsylvania State University College of Medicine, Amerika Serikat.

Insomnia pun harus segera ditangani untuk meningkatkan kualitas tidur. Menurut para peneliti, insomnia jangka panjang ini dapat menjadi keadaan hiperarousal atau gangguan tidur selama 24 jam.

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat