Mengenal Tradisi Omed-omedan di Bali
Pada 17 Maret, umat Hindu akan merayakan Nyepi. Di sebuah desa di Bali akan diselenggarakan omed-omedan. Simaklah keunikan tradisi yang satu ini.
"Omed-omedan" atau kerap disebut "med-medan", berarti tarik menarik. Ini merupakan sebuah tradisi ciuman massal yang dilakukan masyarakat Bali, tepatnya di desa Banjar Kaja Selatan, Denpasar Selatan. Tradisi ini digelar satu hari setelah Nyepi, yang disebut hari Ngembak Geni.
Tradisi ini digelar di Jalan Raya Sesetan, tepatnya di depan Balai Banjar Kaja Selatan. Sebelum acara dimulai, semua peserta terlebih dahulu sembahyang. Peserta omed-omedan adalah pemuda dan pemudi lajang berusia 17 - 30 tahun dari empat tempekan (kelompok wilayah) Sekaa Teruna Satya Dharma Kerti, Banjar Kaja Sesetan. Jumlah mereka bisa mencapai 200 orang.
Tak Ada Perasaan Khusus
Peserta dikumpulkan dan dibagi jadi dua kelompok, perempuan dan laki-laki. Jika petugas sudah memberi tanda, sambil diiringi musik tradisional, kedua anggota kelompok langsung mencari lawan jenis untuk dijadikan pasangan. Mereka saling rangkul dan cium, sementara beberapa anggota dari kedua kelompok berdiri di belakang dan bertugas menarik (omed-omedan) para pasangan tersebut.
Anggota yang tidak mau akan dipaksa kelompoknya masing-masing untuk mencium. Sedangkan bagi yang tidak berhenti, petugas akan menyiramkan air sehingga mereka terpaksa menyudahi ciuman tersebut. Bagi sebagian besar peserta omed-omedan, kegiatan ini tidak memunculkan perasaan khusus atau istimewa terhadap pasangan yang dicium. Kegiatan ini hanya bagian pelaksanaan tradisi leluhur.
Saat omed-omedan berlangsung, biasanya daerah ini dipenuhi pengunjung dari luar yang ingin menyaksikan kegiatan tersebut. Tradisi ini pun telah menjadi daya tarik Banjar Kaja Sesetan, tapi pengunjung atau orang luar dilarang berpartisipasi.
Sembuhkan Penyakit Raja
Masyarakat di luar Bali bisa saja kaget melihat tradisi ini. Bagaimana tidak, seorang laki-laki dan perempuan dipaksa berciuman di depan umum. Menurut cerita masyarakat Banjar Selatan, tradisi omed-omedan ini merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.
Awalnya ritual ciuman massal ini dilakukan di Puri Oka Sesetan yang merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman Belanda. Konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Pada hari raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed-omedan hingga suasana jadi gaduh.
Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar. Dengan berjalan terhuyung-huyung, raja keluar dan melihat warganya yang sedang tarik-tarikan sambil berpelukan. Anehnya, setelah melihat adegan itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakit.
Sejak saat itu sang raja mengeluarkan titah agar omed-omedan harus dilaksanakan sesudah hari raya Nyepi. Bagi masyarakat Bali, omed-omedan memiliki nilai filosofis. Konsep pertemuan antara laki-laki dan perempuan tersebut diartikan sebagai bentuk keseimbangan dalam alam semesta dan kehidupan manusia.
Komentar