Komunitas Robot Indonesia Mempunyai Misi Mengejar Ketertinggalan
Robot tak hanya digemari anak-anak. Orang dewasa pun rela menghabiskan waktu dan dana untuk mengutak-atik robot. Terlebih lagi, minat terhadap robot bisa menambah teman.
Menciptakan sebuah robot merupakan kebahagiaan tersendiri, kendati prosesnya tak mudah dan perangkatnya tak murah.
Adiatmo Rahardi adalah salah satunya. Bagi Adi, robot bukan sekadar minat yang ditekuni sejak belia, melainkan sudah merupakan jalan hidupnya. Sejak SMA, dirinya sudah tertarik dengan robot. Namun, karena dulu belum ada internet, informasi seputar robot masih sangat minim.
Ketika meniti karier di sebuah majalah IT, Adi dipercaya mengelola Forum Multika, wadah bagi para pehobi robot. Dari situ, Adi melihat besarnya animo masyarakat pencinta robot.
Maka, ia berupaya mengakomodasi mereka dengan membuat Komunitas Robot Indonesia (KRI) di Facebook pada 21 Maret 2011. Ini juga lantas menjadi tanggal berdirinya komunitas tersebut.
Saat ini, total anggota komunitas tersebut telah mencapai ribuan. Mereka tak hanya berdomisili di Indonesia, tapi juga di luar negeri.
"Banyak partisan atau anggota kami yang dulu saat bergabung masih SMA, lalu melanjutkan kuliah di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat," papar Adi.
Bahkan, ada juga partisan dari warga Amerika yang bekerja di NASA. Pada 2014, KRI mendatangkan salah satu mantan pakar NASA untuk membuat robot under water, yang kemudian menjadi juara dunia dalam sebuah kompetisi internasional.
Sebenarnya, robot menawarkan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, dari mainan anak sampai drone.
"Drone awalnya adalah robot. Dulu, komunitas kami pernah membantu sebuah stasiun televisi untuk meliput arus mudik Lebaran dengan menggunakan drone. Sekarang, penggunaan drone sudah sangat luas," jelas Adi.
Selain itu, robot banyak dimanfaatkan sebagai alat monitor, mulai dari sistem parkir atau ticketing untuk mengurangi penggunaan uang tunai dan meminimalisasi manipulasi. Tak sedikit pula robot yang diterapkan untuk membantu pekerjaan rumah tangga.
Adi mencatat tiga hal fundamental dalam membuat robot, yaitu mekanik, elektronik, dan programming. Menurutnya aspek paling sulit adalah programming. Sering kali, apa yang kita inginkan tidak tercapai, harus melalui trial and error berkali-kali.
Berkat perkembangan pesat teknologi, kini anak muda pun bisa membuat robot.
"Dulu, lulus kuliah saja belum tentu bisa bikin robot. Sekarang, anak SMP dan SMA sudah bisa diajarkan membuat robot," tandas Adi. "Mereka bisa memiliki kemampuan teknikal karena tutorialnya ada, teknologi sudah lebih cantik, dan material yang dulu tidak ada di Indonesia kini tersedia."
Modalitas paling utama untuk menekuni robotik, tegas Adi, adalah niat. "Banyak mahasiswa tidak punya kemauan atau passion yang cukup tinggi dibandingkan anak SMA. Terbukti, hasil karya anak SMA akhirnya lebih hebat karena mereka punya niat, tuturnya.
Selain itu, dukungan orang terdekat juga penting. "Membuat robot tidak semudah membuat aplikasi. Ada peralatan yang harus dibeli dan waktu yang tersita. Hasilnya juga tidak bisa cepat," tukas Adi.
Siapa saja bisa bikin robot, tanpa harus memiliki latar belakang IT. Selama mau belajar, pasti berhasil.
Diva Suci Adiani(16) adalah contoh anggota komunitas yang sukses menjadi robot maker- sebutan bagi pembuat robot. Siswi SMA 43 Manggarai ini bergabung dengan KRI karena ketertarikannya pada robotik sejak mengikuti ekstrakurikuler di bangku SMP.
"Awalnya penasaran, gimana sih bikin robot? Ternyata, bermain robot itu seru, juga gampang-gampang susah," seloroh Diva.
Kini, gadis ini tidak hanya piawai membuat robot dan drone, tapi juga rajin mengikuti kompetisi tingkat pelajar. Ia beberapa kali keluar sebagai juara, salah satunya Juara I Lomba Robot Piala Kemenpora di SMA 70 Jakarta.
Selain membuat robot yang mencegah korsleting dengan memonitor penggunaan arus listrik, saat ini Diva terobsesi membuat robot yang bisa merapikan rumah, terutama setelah ia asyik mengutak-atik robot koleksinya!
Diva mengaku, banyak yang ia dapat dari bergabung dalam komunitas, dari wawasan seputar dunia robot, tutorial, hingga referensi alat yang dibutuhkan. Yang tak kalah penting, ia bisa punya banyak teman dari berbagai daerah.
Karena itu, Diva berharap agar Komunitas Robot Indonesia semakin besar dengan anggota yang terus bertambah, dan semakin sering membuat acara kompetisi untuk memacu para anggotanya.
Adi mengakui, kompetisi bisa memicu kemampuan para robot maker untuk menghasilkan inovasi mutakhir. Karena itu, melalui komunitas ini, Adi berharap dunia robotika Indonesia bisa naik ke level yang lebih tinggi.
Saat ini, fokus KRI adalah memperbanyak orang yang mau ikut memikirkan teknik robotika. Tugas lainnya adalah menyatukan para pencinta maupun pencipta robot dalam riset bersama untuk menghasilkan startup dan produk robotika yang aplikatif.
"Misi kami sederhana, yaitu mengejar ketertinggalan dengan negara-negara yang sudah lebih maju dalam dunia robotika, seperti Jepang dan Amerika, yang menjadi kiblat robotika dan mekanika dunia," pungkas Adi.
Komunitas Robot Indonesia
Jl. Petogogan I/16A, RT 1/RW 1
Gandaria Utara, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12140
Facebook: Komunitas Robot Indonesia
Twitter: @KomunitasRobot
Instagram: @komunitasrobot
Komentar