Sarang Semut Papua Sebagai Obat Anti Kanker

Keunggulan Sarang Semut ini, ia memiliki dosis menyembuhkan dan meracuni yang saling berjauhan. Jadi kelebihan dosis sedikit dari anjuran, masih bisa ditolerir karena lethal dosisnya yang jauh.

Setelah buah merah dan VCO dipercaya ampuh mengobati aneka penyakit, kini Sarang Semut dari bumi Papua menjadi tumpuan harapan baru bagi dunia pengobatan herbal. Menurut hasil penelitian pre-klinis dari Lembaga LIPI Cibinong Science Center, Sarang Semut memiliki kandungan yang mampu mengobati penyakit kanker.

Apa itu Sarang Semut?

Menurut Dr. Ir. Akham Subroto, M.App.Sc, peneliti dari APU LIPI Cibinong Science Center, "Potensi dan khasiat sarang semut sangat besar dan sudah digunakan sejak lama oleh penduduk lokal Papua sebagai obat. Sarang Semut sendiri ada 26 spesies. Penelitian laboratorium mengenai efektifitas dan toksitasnya dari spesies sudah dilakukan sampai uji pre-klinis, dan masih harus diteliti."

Sarang Semut adalah jenis tanaman epifit yang tumbuh sedemikian rupa hingga pada pangkal batangnya tercipta rongga-rongga bersambung atau labirin yang bisa menjadi rumah untuk ribuan semut beserta ratunya. Merupakan famili dari Rubiaceae, tumbuhan Sarang Semut ada 5 genus. Namun hanya dua genus yaitu Hydnophytum (45 spesies) dan Myrmecodia  (26 spesies) yang paling dekat berasosiasi atau 'bekerjasama' dengan semut. Dan seluruh spesies dari kedua genus ini memiliki batang menggelembung dan berongga (labirin) di dalamnya. 

Di dalam batang (hypocotyl) yang menggelembung itu terdapat rongga-rongga saling bersambung (labirin) yang bisa dihuni semut plus ratunya pada saat tumbuhan ini sudah berusia lebih dari 6 bulan. Antara semut dengan tumbuhan ini terjalin simbiosis mutualisme berupa keuntungan bagi si semut karena sudah 'dibuatkan' sarang yang nyaman, hangat, dan aman karena terhindar dari pemangsa. Juga para semut ini mendapatkan suplai nutrisi dari tanaman itu melalui lendir-lendir yang dikeluarkan tanaman.

Sebaliknya, kotoran semut maupun bangkai semut yang mati menjadi pupuk yang sangat bermanfaat karena kandungan nitrogennya yang tinggi. Hal inilah yang membuat tumbuhan sarang semut tidak perlu mengambil nutrisi dari tanah, karena para semut sudah memenuhi kebutuhan nutrisi tumbuhan ini. Kendati Sarang Semut bisa hidup tanpa semut, namun keadaannya tak senyaman bila ada di dalamnya.

Membantu mengobati Kanker

Kandungan zat yang terdapat pada sarang semut ini adalah flavonoid, tanin, tokoferol, multimineral (Ca, Na, K, P, Zn, Fe, Mg, dan polisakarida). Kandungan tanin yang tinggi menyebabkan cita rasa dari seduhan ekstrak sarang semut (bila dikonsumsi dengan cara direbus, bukan dalam bentuk kapsul) agak sepet seperti teh.

"Setiap obat - baik yang tradisional maupun obat farmasi - menuntut pemakaian dalam dosis yang sesuai. Terlebih untuk mengatasi kanker karena sel kanker tumbuh bersamaan dengan sel yang sehat. Obat kanker (farmasi maupun herbal) selalu memiliki kombinasi dualisme kinerja, yaitu sebagai sitoktoksis dan sebagai penginduksi proses apoptosis. 

Fungsi sitoktoksisnya ini yang harus diperhatikan karena konsumsi obat di luar anjuran yang diharuskan bisa merusak sel yang sehat. Atau bisa juga memperberat kinerja hati (lever) dan ginjal sehingga pemakaian obat apapun harus dalam pengawasan dan anjuran ahli agar tak menimbulkan efek samping," tambah Akham. Mekanisme sarang semut sebagai obat anti kanker, adalah memrogram atau memicu timbulnya kematian sel kanker dengan cara bunuh diri sel (suicide), istilahnya program cell death untuk sel kanker tersebut.

"Untuk pengonsumsian sarang semut, misalnya dosis yang dianjurkan 3 x 1 sendok makan, tapi ditingkatkan menjadi dosis 10 sendok, untuk jangka pendek tidak apa-apa. Tapi pemakaian jangka panjang sebaiknya dihindari karena efek sampingnya masih diteliti terhadap hati (lever), ginjal, limpa, maupun organ reproduksi," tambah Akham.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Cemplon, Lenthok, dan Cothot Makanan Untuk Cemilan di Rumah

Yo Ko, Kisah Cinta The Return of The Condor Heroes

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Setelah Luka, Timbullah Keloid

Aurelien Francis Brule ke Hutan demi Primata