Yuk, Piknik ke Taman Wisata Alam Angke Kapuk


Penat dengan hiruk-pikuk kota? Ajaklah keluarga ke Taman Wisata Alam ini. Di kawasan tersebut, kita tak hanya dapat menikmati suasana alam, tapi juga melihat konservasi mangrove dari dekat.

Barisan pohon mangrove dari berbagai jenis menjalar di sepanjang pesisir pantai. Bentuknya yang merambat dengan akar tunjang yang saling terikat menjadikan tumbuhan ini kokoh, layaknya benteng pertahanan dari kerasnya abrasi air laut.

Inilah yang dapat Anda temukan saat berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, yang berbatasan langsung dengan Hutan Lindung Angke Kapuk di Teluk Jakarta dan Arboretum Angke Kapuk. Persisnya, TWA Angke Kapuk terletak di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Hutan mangrove ini berada di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, kendati pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta selaku pemegang izin pengusahaan pariwisata alam. Kawasan yang dulu merupakan tambak liar kini telah disulap menjadi area konservasi mangrove dan wisata alam.

Di sini, pengunjung dapat mengamati mangrove dari dekat, baik yang tumbuh di daratan maupun di air. Ragam vegetasi mangrove dan hutan pantai/rawa ada di sini, namun yang dominan adalah bidara, warakas, api-api, cantigi, buta-buta, dan bakau.

Sementara itu, vegetasi rawa yang bisa ditemukan di sini adalah waru laut, bluntas, mendongan, trembesi, flamboyan, dadap, dan duri busyetan.

Akses menuju TWA Angke Kapuk cukup mudah. Anda dapat memanfaatkan berbagai moda transportasi, mulai dari Transjakarta, kereta commuterline, hingga kendaraan pribadi.

Alur kunjungan dimulai dari pusat informasi, sebelum kita bisa langsung menuju area wisata air. Di sepanjang sisi kanan dan kiri, terdapat area penanaman mangrove, pengamatan burung, hingga jembatan gantung yang menjadi favorit untuk swafoto bagi pengunjung.

Setelah itu, ada jembatan yang menghubungkan daratan dengan area rawa, tempat sisi terluar dari hutan mangrove, berbatasan langsung dengan pesisir pantai. Dari sini, jika Anda berbelok ke kiri dan mengikuti sepanjang jalan, Anda akan tiba di area parkir dan kantin.

Untuk menyusuri hutan mangrove, pihak pengelola menyediakan broadwalk yang dibuat khusus dari jejeran bambu berukuran besar dengan luas sekitar satu meter, memanjang membelah hutan. Rasa lelah menyusuri area seluas 99.82 hektare ini akan terbayar saat Anda melihat deretan mangrove yang rimbun.

Selagi berjalan, sesekali alihkanlah pandangan ke atas pohon. Bisa jadi, monyet ekor panjang sedang bertengger di sana. Total, ada 12 ekor monyet yang tinggal di kawasan ini. Pengunjung juga bisa melakukan pengamatan burung dan, jika beruntung, kita bisa menjumpai burung bangau yang umumnya muncul di pagi hari.

Ingin ikut melestarikan mangrove? 

Di sini ada fasilitas penanaman pohon, lho. Tanaman tersebut lantas akan dilabeli dengan nama individu maupun institusi yang telah berpartisipasi. Dengan membayar biaya perawatan, mangrove yang ditanam dijamin berkembang sampai besar karena dirawat khusus oleh tenaga profesional.

Pilihan lain menyusuri hutan mangrove adalah dengan menggunakan kano dan perahu dayung. Memang, ada tarif khusus di luar tiket masuk yang dikenakan untuk area wisata ini. Namun, sensasinya juga tentu berbeda karena Anda akan menyusuri mangrove langsung di rawa-rawa tempatnya bertumbuh.

Selain itu, TWA Angke Kapuk juga dapat dimanfaatkan untuk ragam kegiatan, dari outbound, berkemah, pemotretan, hingga pernikahan. Ada pula pendopo besar dan sejumlah vila pondok alam dengan berbagai ukuran dan kapasitas.

Semua bangunan tersebut terbuat dari kayu merbau, kayu mengkiran, dan kayu kelapa. Tak ada bangunan beton di area TWA. Semua melebur dalam nuansa alami khas hutan dan ekosistem pantai.

Sejak dibuka pada 2010, jumlah pengunjung TWA meningkat dari tahun ke tahun, meski masih jauh di bawah area wisata lain di ibukota.

Namun, sebagai ekowisata berbasis konservasi, jumlah pengunjung TWA memang harus memenuhi daya dukung kelestarian ekosistem. Jika terlalu banyak, dikhawatirkan akan menghilangkan nilai ekowisata itu sendiri. Padahal, ekosistem, suasana alam, dan potensi hayati di dalamnya merupakan unsur penting yang dikembangkan di TWA.

"Kehadiran TWA bukan untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya," tegas Ir. Evi Haerlina, Plt. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta.

"Sebaliknya, keberadaan TWA bertujuan untuk menjadi sarana edukasi lingkungan, agar pengunjung yang datang dapat memahami ekosistem mangrove dan biota yang ada di sekitarnya," papar Evi.

"Dengan melihat konservasi hutan mangrove secara langsung, pengunjung juga diharapkan akan memahami manfaat mangrove untuk kelestarian alam, terutama sebagai hutan kota dan penangkal abrasi laut," ungkapnya lagi.

Jakarta sangat membutuhkan mangrove, karena fungsi dan manfaatnya sangat besar bagi area pesisir ibukota, di antaranya mencegah intrusi air laut ke daratan dan meredam bencana banjir, karena satu gram lumpur mampu menyerap tiga gram air.

Itulah sebabnya, hutan mangrove ini dijadikan area wisata alam melalui pengelolaan ekosistem yang optimal guna menunjang pengembangan wisata alam, pendidikan, dan dan pelatihan berdasarkan konservasi.

Yuk, lestarikan alam dengan ikut memelihara dan menanam mangrove!.


Taman Wisata Alam Angke Kapuk

Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
Telp: (021) 29033066
Fax: (021) 29033077
Email: twaangekapuk@yahoo.com
www.tamanwisataalamangkekapuk.com

Buka:
Setiap hari, 07.00-18.00 WIB

Tiket:
Turis Nusantara: Rp 25.000,-/orang
Turis Mancanegara: Rp 250.000,-/orang


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat