Sejarah itu Penting untuk Dikenal oleh Anak Muda



Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, tegas Bung Karno. Yuk, kenali sejarah dengan cara rekreatif dan edukatif, seperti dilakukan komunitas ini.

Jika kita mengenal sejarah seperti yang dilakukan Komunitas Historia Indonesia, komunitas yang sudah eksis lebih dari 15 tahun, maka sejarah akan jauh dari kata membosankan.

Misalnya? Salah satu agenda rutin komunitas ini adalah napak tilas menyusuri bangunan bersejarah, melihat lebih dekat gedung-gedung tua, museum, monumen, dan situs-situs bersejarah lain.

Asep Kambali, S.Pd, pendiri komunitas ini, mengaku telah lama jatuh cinta pada ilmu sejarah. Ketika Asep masih duduk di bangku kuliah jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta, ia membentuk komunitas bersama enam temannya.

Namanya: Komunitas Pencinta Sejarah dan Budaya Indonesia.

Ini karena sejarawan dan aktivis pelestarian sejarah dan budaya Indonesia kelahiran 16 Juli 1980 tersebut merasa terdorong keprihatinan melihat anak muda yang tak lagi peduli sejarah.

"Sebagai mahasiswa calon guru sejarah, saya berpikir saat lulus nanti percuma saya mengajarkan sejarah sementara muridnya tidak suka sejarah," kenang Asep. "Harus ada alternatif lain, strategi atau formula khusus agar mereka suka dengan sejarah."

Komunitas yang dibentuk pada 23 Maret 2003 dengan tujuan awal menjadikan sejarah menarik dan disukai anak-anak tersebut lantas bertransformasi menjadi Komunitas Historia Indonesia (HKI) pada 2006.

Kenapa sejarah penting dikenal anak muda?

"Belajar sejarah akan menumbuhkan sikap nasionalisme atau kecintaan terhadap tanah air. Dari sejarah pula, kita tahu bagaimana perjuangan para pahlawan meraih kemerdekaan ini," tegas Asep.

"Suka atau tidak, kita mesti tahu sejarah perjuangan bangsa ini. Jangan sampai karena keengganan belajar sejarah, kita tidak paham bahwa republik ini diperjuangkan dengan darah, air mata, dan nyawa para pejuang," tandas Asep.

Dari tujuh pendiri pertama, perlahan tapi pasti, anggota KHI bertambah. Kini, komunitas itu memiliki lebih dari 25.000 orang anggota dengan beragam usia dan latar belakang.

Namun, beragam tantangan harus dihadapi, dari problem internal seperti pergantian pengurus karena kesibukan dan tuntutan ekonomi, hingga sulitnya mengubah persepsi masyarakat yang masih memandang sejarah dengan sebelah mata.

"Mengurus komunitas seperti KHI butuh waktu, biaya, dan komitmen. Tak mudah menggugah kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, untuk melek sejarah dan mencintai bangsanya," tutur Asep.

Meski begitu, KHI boleh berbangga hati karena upayanya selama ini mulai diapresiasi banyak pihak. Sejumlah penghargaan berhasil diraih, mulai dari level museum, swasta, universitas, gubernur, hingga menteri.

Salah satunya adalah Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018 lalu, ketika KHI mendapat penghargaan yang diberikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Apresiasi ini adalah motivasi untuk terus berkarya dan berinovasi mencari program baru agar tidak monoton. Juga untuk menyadarkan publik agar melakukan upaya dan gerakan yang sama," kata Asep.

Menariknya, ada anggota KHI yang akhirnya mengambil kuliah jurusan sejarah setelah aktif di komunitas tersebut sejak sekolah. Ada pula yang bertemu jodoh dan menikah dengan sesama anggota.

Kholid Zaim (21 tahun), mahasiswa semester enam Pendidikan Sejarah UNJ, bergabung dengan KHI sejak 2015. Sama seperti para seniornya, Zaim bergabung dengan KHI karena kecintaan pada sejarah.

"Selama tiga tahun terakhir, saya melihat sebetulnya masyarakat mulai suka sama sejarah. Kendalanya, mereka tak ada teman," kisah Zaim.

"Nah, tujuan saya bergabung dengan KHI agar kelak bisa berbagi ilmu dan sama-sama mempelajari sejarah bangsa ini," ujar pemuda yang kini menjabat Kepala Divisi Penelitian, Pengembangan dan Pemanduan KHI.

Tugas Zaim adalah memetakan rute untuk tur ke sejumlah tempat bersejarah, baik di wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa. Misalnya, wisata sejarah di Bogor atau Rengasdengklok.

Ia merasa banyak pengalaman yang didapat selama menjadi pemandu di KHI. Tidak hanya wawasan sejarah yang bertambah, tetapi juga kemampuan public speaking terasah karena sering berinteraksi dan berbicara dengan banyak orang dan tampil di depan publik.

Dengan menjadi pemandu, pada saat yang bersamaan Zaim turut melestarikan warisan budaya sejarah bangsa. Ia mengaku bahagia melihat teman-teman yang dipandu bertambah ilmu dan wawasan, dan berharap semakin banyak anak muda yang tertarik dengan sejarah dan bergabung dengan KHI.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat