Yuk, Kenali Vertigo Untuk Mencegah Besarnya Risiko


Vertigo terkesan remeh, padahal saat serangan datang, penderitanya dibuat tak berdaya. Kenali vertigo untuk mencegah besarnya risiko.

Tujuh keliling!

Begitu awam biasanya mendeskripsikan vertigo. Memang, penyakit yang satu ini memicu gejala berupa sensasi berputar, baik diri sendiri terhadap lingkungan atau sebaliknya.

Apa penyebabnya? Menurut Dr. Hendro Biriwo, Sp.S, dari RS Pusat Otak Nasional, vertigo muncul akibat tidak ada keselarasan antara organ yang berperan dalam keseimbangan.

Organ tersebut antara lain otak kecil, saraf vestibular (dimulai dari telinga dalam dan batang otak), serta mata dan saraf sensorik, dalam hal ini proprioseptif yang berperan menentukan posisi tubuh.

Prevalensinya masih tidak diketahui pasti, dan tidak ada faktor keturunan, jenis kelamin, maupun usia tertentu yang memengaruhi gejala. Vertigo bisa muncul berulang, tanpa ada episode khusus bagi terjadinya serangan.

Keluhan vertigo, menurut Dr. Hendro, bisa dibagi menjadi dua. Pertama, gejala berupa sensasi melayang atau limbung, atau seperti naik kapal.

"Kedua, gejala berupa sensasi berputar, kalau istilah awam: tujuh keliling. Sensasi berputar ini yang kita anggap true vertigo," jelas Dr. Hendro.

Sementara itu, vertigo dengan keluhan berputar dapat dibagi dua berdasarkan lokasi penyebab: Pertama, kelainan di sistem keseimbangan di telinga. Keluhan biasanya berupa rasa berputar disertai mual-muntah dan keringat dingin.

"Biasanya bisa dicetuskan perubahan posisi kepala, misalnya muncul bila menghadap kanan saja atau saat mau berbaring. Karena lokasi kelainan di telinga, maka bisa disertai dengan keluhan telinga berdenging atau penurunan pendengaran," papar Hendro.

Keluhan kedua adalah kelainan pada otak.

"Keluhannya rasa berputar, tapi tidak sehebat keluhan vertigo pada kelainan vestibular di atas. Biasanya, gejala mual dan muntah tidak sehebat penyebab di telinga," ujar Dr. Hendro.

"Walau tak sehebat kelainan di telinga, kelainan di otak perlu penanganan serius dan kadang perawatan di rumah sakit. Vertigo kelainan otak bisa disertai keluhan seperti kelemahan anggota gerak, bicara pelo, pandangan dobel, gangguan menelan atau jalan seperti orang mabuk," tandas Dr Hendro.

Penjelasan yang sama disampaikan Dr. Irawaty Hawari, Sp.S, staf pengajar Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.

"Vertigo dapat dikarenakan gangguan sistem vestibular maupun non-vestibular. Pada vertigo vestibular, sensasi dirasakan benar-benar seperti berputar alias true vertigo," jelas Dr. Irawaty.

"Pada vertigo non-vestibular, sensasi yang timbul seperti rasa melayang, tidak stabil, atau seperti mau jatuh. Vertigo non-vestibular biasanya dicetuskan karena adanya gerakan pada objek visual, misalnya di keramaian, di pasar, atau kemacetan lalulintas," kata Dr. Irawaty.

Sementara itu, vertigo vestibular dapat diakibatkan oleh gangguan vestibular perifer (di luar otak/umumnya organ telinga), maupun sentral (gangguan di otak kecil/serebelum).

Pada vertigo vestibular perifer, umumnya gejala muncul tiba-tiba disertai mual atau muntah yang diperberat saat buka mata atau perubahan posisi kepala, kadang juga dapat disertai telinga berdenging (tinitus).

Pada vertigo tipe sentral, gejala muncul secara gradual. Tidak ada keluhan mual atau muntah ringan, dan jarang ditemukan gangguan pendengaran. Namun, biasanya ditemukan gejala gangguan saraf yang lain, dalam hal ini defisit neurologis.

Menurut Dr. Irawaty, gejala vertigo vestibular tipe perifer memang tampak lebih berat dan sangat tidak nyaman, sehingga seseorang bisa dibuat khawatir dan terdorong untuk segera ke dokter.

"Namun, sebenarnya yang harus menjadi perhatian adalah apabila gejala vertigonya seolah ringan, padahal kemungkinan penyebabnya ada di otak," tandas Dr. Irawaty.

Contoh, pada seseorang yang mempunyai faktor risiko stroke, misalnya ada riwayat darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes), tiba-tiba mengalami gangguan keseimbangan atau vertigo, maka ada kemungkinan dia terkena serangan stroke, tapi di otak kecil.

"Stroke yang terjadi di otak kecil tidak menimbulkan gejala motorik berupa kelemahan atau lumpuh sebelah, tetapi terjadi gangguan koordinasi dan keseimbangan," jelas Dr. Irawaty.

Penanganan vertigo dilakukan dengan memberikan obat untuk mengurangi gejala sambil mencari faktor risiko - apakah masalah berada di organ telinga, di otak kecil, atau mungkin kolesterol tinggi yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah ke pusat keseimbangan.

"Setelah pemberian obat, biasanya gejala vertigo segera hilang. Namun, apabila gejala masih terus ada sampai satu minggu bahkan lebih, segera periksa lebih lanjut, karena kemungkinan yang terjadi adalah vertigo vestibular tipe sentral," saran Dr. Irawaty.

Untuk mengurangi gejala, Dr. Irawaty menganjurkan agar kita menghindari penggunaan bantal yang terlalu tinggi atau tidur tanpa bantal. Sebaiknya, jaga posisi kepala kira-kira 30 derajat, tidur atau istirahat yang cukup, serta terapkan pola makan sehat dan teratur.

Sementara itu, Dr. Hendro mengingatkan bahwa pertolongan pertama untuk vertigo tergantung pada penyebabnya.

Bila kelainan di telinga, seperti BPPV, berusahalah tenang dan jangan panik. Saat tiduran, pasien mungkin menghadap ke kanan kemudian muncul vertigo dan rasa berputar dibolak-balik. Umumnya pasien panik dan berusaha untuk berpindah posisi.

Sebaiknya, tetaplah tenang dan biarkan saja tubuh di posisi kanan. Ditahan saja, tidak lama dia akan mereda. Setelah mereda, baru coba bangun atau berubah posisi secara perlahan.

Saat vertigo menyerang, pasien dapat mengonsumsi obat yang dijual di pasaran.

Penggunaan obat bebas untuk vertigo bisa saja dimanfaatkan untuk keluhan vertigo yang disebabkan oleh kelainan di sistem vestibular di telinga. Namun, bila tidak ada perbaikan, sebaiknya kontrol ke dokter.

"Untuk penyebab kelainan di otak, terutama karena stroke, maka Anda harus segera ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan lebih lanjut. Penatalaksanaan stroke harus mendapat terapi tiga jam setelah keluhan muncul," Dr. Hendro mengingatkan.


Vertigo Tipe Baru

Ya, tim pakar neurologi mengidentifikasi tipe vertigo baru belum lama ini, seperti dilaporkan di jurnal Neurology. Studi yang didukung National Research Foundation of Korea tersebut dipimpin oleh Ji-Soo Kim, MD, Phd, dari Seoul National University di Seongnam, Korea Selatan, dan menyebut kondisi baru itu: vertigo spontan berulang dengan mystagmus goyangan kepala. Mystagmus sendiri berarti gerak mata yang lebih lama dari normal, yang timbul setelah mengguncang kepala kiri ke kanan selama 15 detik. Tidak ada penyebab yang diketahui, namun partisipan yang mengalami vertigo ini melaporkan bahwa frekuensi mereka bervariasi, dari 2-3 kali seminggu sampai sekali setahun. Mereka juga mengalami mual atau muntah, sakit kepala atau intoleransi gerak kepala. Diduga, pemilik vertigo tipe ini memiliki mekanisme hiperaktif dalam sistem vestibular yang membantu otak merespons gerakan tubuh dan di lingkungan. Tim peneliti juga menemukan bahwa para pemilik vertigo baru ini lebih berisiko mengalami mabuk perjalanan.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat