Mimpi Komunitas Ayo Dongeng Indonesia



Dongeng di ruang publik kian marak. Fenomena positif ini tak lepas dari gencarnya pihak-pihak yang menggemakan manfaat dongeng. Salah satunya? Komunitas Ayo Dongeng Indonesia.

Kecintaan pada dongeng mempertemukan Mochamad Ariyo Faridh Zidni (37) dan Nina Samidi (36).

Keduanya berteman sejak kuliah di Universitas Indonesia. Ariyo mempelajari Jurusan Ilmu Perpustakaan, dan Nina mengambil Jurusan Sastra Indonesia. Disatukan minat yang sama pada dunia anak-anak, Ariyo dan Nina membuat acara dongeng kecil-kecilan di kampus.

Bertahun-tahun kemudian, Ariyo dan Nina sepakat membuat Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) bersama dua rekan lain pada 3 Desember 2011. Saat ini tercatat lebih dari 200 orang tergabung dalam komunitas ini. Meski datang dari latar belakang beragam, mereka disatukan oleh kecintaan pada dunia dongeng dan cerita.

AyoDI lahir dengan misi utama mengembalikan kebiasaan mendongeng di tengah keluarga Indonesia. Komunitas berbasis relawan ini juga bercita-cita menjadi pusat referensi untuk dongeng, baik untuk cerita, standarisasi, maupun segala hal yang berkaitan dengan dongeng.

Komitmen para pendongeng di dunia internasional yang terus eksis di negara masing-masing meski sumber daya terbatas sangat menginspirasi para pendiri AyoDI.

Nina mencatat dua pelajaran penting yang dapat kita ambil dari para pendongeng asing. Pertama, profesionalisme dan dedikasi dalam mengkampanyekan dongeng. Kedua, misi kebudayaan yang diusung melalui cerita dari negara masing-masing, yang dibawa ke belahan dunia manapun mereka pergi.

"Misi kebudayaan inilah yang wajib kita tiru. Para pendongeng kita harus membawakan cerita-cerita Nusantara, ke negara manapun kita pergi," pesan Nina.

Sebagai sebuah komunitas, AyoDI memiliki sejumlah kegiatan rutin, seperti aktivitas mendongeng ke sejumlah fasilitas publik, seperti bangsal anak di rumah sakit, taman bacaan, taman bermain, dan rumah singgah.

Selain itu, AyoDI memiliki Kelas Dongeng dan workshop untuk belajar mendongeng, serta Dongeng Kejutan yang dilakukan di berbagai tempat umum. Semua kegiatan ini gratis dan terbuka untuk siapa saja.

Satu hal yang patut diapresiasi dari komunitas ini adalah keberhasilan mereka menggelar festival dongeng berskala internasional.

Baik Ariyo dan Nina mengaku sangat terkesan ketika pada 2013, AyoDI memaksakan diri untuk menggelar festival dongeng yang perdana. Tujuannya adalah menyebarluaskan pesan bahwa dongeng itu penting dan menyenangkan.

Festival Dongeng Indonesia pertama diselenggarakan di perpustakaan UI Depok. Di luar dugaan, pengunjung yang datang membludak. Prediksi awal sekitar 300 orang, ternyata yang hadir sekitar 300 orang, ternyata yang hadir sampai 700 orang.

"Banyak respons positif kami terima," papar Ariyo. "Festival serupa kemudian menular ke Bogor dan Bandung. Hingga kini, festival dongeng telah digelar di berbagai kota, dari Banda Aceh, Malang, Yogyakarta, Surabaya, Ambon, sampai Poso."

Nina mengamini. "Antusiasme masyarakat ini kemudian menjadi energi yang besar bagi kami untuk menjadikan festival dongeng sebagai acara rutin tahunan," ujarnya.

Pada 2014, Festival Dongeng Indonesia bertempat di Museum Nasional. Jumlah pengunjung kian melonjak, yakni hingga 3.000 orang.

Ketika itu, AyoDI berhasil menghadirkan pendongeng tamu dari Inggris, Kassandra. Nah, dari pengalaman inilah akhirnya muncul gagasan untuk membuat festival dongeng skala internasional.

Pada 2015, di lokasi yang sama, Festival Dongeng Internasional Indonesia diselenggarakan. Tahun ini, festival tersebut mengambil tempat di gedung baru Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Medan Merdeka Selatan, dan menarik hingga 7.000 pengunjung!

Yang istimewa, festival dongeng AyoDI dihadiri para pencinta dari berbagai negara yang dengan sukarela datang ke Indonesia tanpa bayaran. Usai festival, para pendongeng ini juga melanjutkan ke berbagai sekolah dan roadshow ke daerah-daerah.

Salah satu kekuatan terbesar AyoDI memang terletak pada para relawan.

Tidak semua anggota AyoDI menjadi pendongeng. Ada yang lebih tertarik untuk mengurus kegiatan, ada yang memilih untuk membuatkan jingle AyoDI, dan ada yang lebih suka menulis cerita. Bahkan, mereka sudah punya buku kompilasi dongeng ajaib yang merupakan kumpulan para relawan.

"Segenap anggota komunitas memiliki semangat dan kecintaan yang sama. Setiap kali festival, rasa lelah terbayar dengan melihat kegembiraan anak-anak yang terkesima menikmati dongeng yang disampaikan," ungkap Nina.

Meski begitu, AyoDI tetap berharap suatu hari dapat memiliki legalitas berbentuk yayasan, misalnya, agar mudah bekerja sama dengan institusi. Mereka juga berharap dapat memiliki sekretariat untuk menyimpan peralatan dan properti mendongeng, agar tak lagi memberatkan relawan.

Mimpi terbesar AyoDI tetaplah mengajak keluarga Indonesia untuk kembali mendongeng di rumah masing-masing.

"Kami khawatir, maraknya kegiatan mendongeng di mana-mana justru hanya jadi euforia yang membuat orangtua mengandalkan acara-acara dongeng tersebut," kata Nina. "Padahal, mimpi kami adalah mengembalikan tradisi mendongeng di keluarga.'

"Semoga semakin banyak orangtua yang mau mendongeng ke anaknya," pungkas Ariyo.


Ayo Dongeng Indonesia
Website: www.ayodongengindonesia.com
Facebook: Ayo Dongeng Indonesia
Twitter & Instagram: @ayodongeng_ind

Cara Bergabung:
Datang langsung dan ikutilah salah satu kegiatan AyoDI, seperti Dongeng Kejutan dan Kelas Dongeng (cek jadwal dan lokasi di website).


Kiat Dongeng Ala AyoDI

Inilah yang perlu diingat saat hendak bercerita: Mendongeng itu mudah.

Baik Mochamad Ariyo Faridh Zidni maupun Nina Samidi menekankan bahwa semua orang bisa mendongeng. Jangan memikirkan teknik atau terlampau memusingkan bagaimana caranya.

Modal utama dalam mendongeng adalah bersikap tulus. Kalau ada keinginan bercerita, maka akan ada emosi yang keluar. Nah, niat bercerita inilah yang harus dimiliki orangtua untuk mendongeng kepada anaknya.

"Mendongeng adalah bercerita. Bentuknya bisa apa saja, termasuk hal-hal kecil yang dialami saat pulang kantor, misalnya," tandas Nina. "Cerita apa pun yang dibawakan, jangan dijadikan beban. Orangtua punya gaya masing-masing. Anak juga tidak tidak akan menuntut apa pun."

Nina mengingatkan bahwa dongeng adalah kebutuhan dan hak anak yang perlu dipenuhi oleh orangtua. Apalagi, dongeng sungguh banyak manfaatnya. Salah satunya adalah memancing daya kreativitas anak.

Dalam bercerita, komunitas Ayo Dongeng Indonesia juga memiliki standar tersendiri, yaitu jangan menyebutkan atau menyimpulkan pesan moral cerita untuk anak. Sebaliknya, biarkanlah anak sendiri yang menyimpulkan pesan moral sesuai dengan ekspetasinya.

Selamat mendongeng!


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat