Apakah Kondisi Keuangan Anda Sehat?
Kondisi keuangan yang buruk tak ubahnya penyakit yang menggerogoti tubuh dari dalam. Ingin hidup tenang? Pastikan kondisi keuangan Anda senantiasa sehat. Simak tipsnya dari para pakar.
Gaji hanya numpang lewat? Ini adalah salah satu indikator paling sederhana dari kondisi keuangan yang tidak sehat. Indikator lain adalah jika Anda termasuk orang yang suka resah dengan apa yang dimiliki orang lain, tidak memiliki rutinitas menabung atau investasi, dan kalaupun menabung, jumlahnya hanya dibawah 10 persen dari pendapatan.
Ila Abdulrahman RIFA, RFC,dari Shila Financial,mengungkap sejumlah indikator lain, yakni cash flow atau arus kas nol (atau bahkan minus), cicilan utang produktif lebih dari 30 persen, hidup bergantung pada kartu kredit, dan memiliki gaya hidup terlalu konsumtif - yang ditandai dengan rasio biaya hidup diatas 40 persen sehingga memiliki hutang konsumtif.
Menurut Ila, gaya hidup konsumtif kerap menjadi faktor penghancur kesehatan keuangan. Sering kali, orang dengan tipe ini tergoda berbagai hal yang dimiliki atau dilakukan oleh lingkungan sekitar.
"Mereka terjebak pada pemenuhan keinginan, bukan kebutuhan hidup. Misalnya, ikut arisan bernilai puluhan juta yang bagi orang lain tidak masalah karena cash flow mereka tidak terganggu, tapi bisa menjadi masalah bagi mereka yang berpenghasilan dibawah ratusan juta," papar Ila.
Umumnya, ada tiga reaksi seseorang ketika mengetahui kondisi keuangannya ternyata buruk, yaitu cuek, panik dan berusaha memperbaiki, atau panik tapi tidak tahu harus berbuat apa. Tentu, untuk menuju keuangan sehat, Anda harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kondisi finansial agar tidak terus menjadi beban pikiran.
"Seseorang baru menyadari kondisi keuangannya tidak sehat ketika gaji setiap bulan hanya bilang 'permisi' alias numpang lewat. Atau, ia baru tersadar saat melihat dirinya tidak punya tabungan dan tidak bisa berderma secara rutin," ujar Ila.
Kesadaran akan kondisi keuangan yang buruk juga bisa muncul saat tidak mampu membayar cicilan dengan baik serta selalu terjebak dalam utang. Dan, dalam kondisi darurat, ternyata ia tidak memiliki dana yang bisa digunakan, atau ketika untuk hidup sehari-hari ia harus bergantung pada kartu kredit.
Budi Raharjo CFP, Co-Founder dan CEO OneShildt Financial Planning mengungkapkan bahwa indikator keuangan yang sehat dimulai dari arus kas positif, artinya seberapa besar tingkat pemasukan kita setelah dikurangi dengan pengeluaran.
"Ketika pendapatan lebih besar dari pengeluaran, saat itulah keuangan bisa mencapai kondisi surplus. Surplus ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan di masa depan, seperti persiapan dana darurat, dana hari tua, pendidikan anak, investasi, asuransi, dan berbagai tujuan keuangan lain," papar Budi.
Indikator lain dari kondisi keuangan yang sehat, lanjut Budi, adalah seberapa besar kemampuan menabung dan berinvestasi dari pendapatan. Hal ini sering kali disebut rasio kemampuan menabung, ketika minimal 10 persen dari penghasilan disisihkan untuk investasi.
Rasio kesehatan dalam kemampuan mencicil utang juga perlu diperhatikan. Jika rasio utang berlebihan, maka beban bunga juga otomatis akan besar. Selain itu, utang yang berlebihan akan menggerus kemampuan menabung dan berinvestasi.
Masih ada lagi indikator keuangan yang sehat, yakni saat Anda memiliki rasio tabungan dana darurat untuk berjaga-jaga yang besarnya sekitar tiga kali pengeluaran rata-rata bulanan. Anda juga perlu memeriksa kecukupan asuransi, baik itu untuk kesehatan, jiwa, rumah, dan kendaraan sebagai bentuk antisipasi bencana tak terduga.
Kedua pakar perencana keuangan ini sepakat bahwa melakukan financial checkup secara berkala adalah hal yang penting.
Pengecekan kondisi keuangan sebaiknya dilakukan setiap akhir tahun atau awal tahun. Checkup secara sederhana bisa Anda lakukan sendiri, kecuali yang Anda butuhkan adalah financial checkup yang komprehensif dengan metode penghitungan tertentu, yang membutuhkan jasa perencana keuangan.
"Financial checkup diperlukan karena kita selalu memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan melakukan checkup, kita dapat memastikan semua kebutuhan hidup terpenuhi, baik kebutuhan saat ini maupun masa yang akan datang, baik jangka menengah maupun jangka panjang," tandas Ila.
Budi menegaskan hal senada. "Penting sekali memahami seberapa sehat kondisi keuangan kita melalui financial checkup, karena situasi ekonomi keluarga dapat berubah-ubah setiap waktu," katanya.
Perubahan tersebut bisa terjadi karena berbagai hal, seperti kehilangan pekerjaan, perubahan tingkat suku bunga cicilan, anggota keluarga yang sakit, atau pengeluaran mendadak lain.
"Intinya, financial checkup dibutuhkan karena adanya faktor risiko dan ketidakpastian dalam hidup. Kesehatan keuangan menunjukkan seberapa baik ketahanan keuangan kita bila hal-hal itu terjadi dan mengganggu kondisi keuangan," kata Budi.
Idealnya, begitu kita mendapati dan menyadari bahwa kondisi keuangan kita buruk, segera lakukan langkah-langkah untuk menyehatkan.
Salah satu langkah tersebut adalah mengurangi pengeluaran yang tidak perlu supaya Anda kemudian bisa berinvestasi. Atau, jika tak mungkin melakukan penyesuaian pengeluaran, carilah penghasilan tambahan atau aktivitas yang bisa menambah income.
Ila mencatat sejumlah tahap yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi keuangan yang sakit. Pertama, sadari bahwa keuangan sedang tidak sehat. Selanjutnya, lunasi utang konsumtif, yaitu utang yang tidak ada aset, atau ada asetnya namun nilainya menurun. Intinya, utang yang tidak menunjang produktivitas.
Kemudian, alokasikan pos uang cadangan atau biasa disebut dana darurat dan beli asuransi untuk melindungi diri dan keluarga dari kehilangan atau kerugian ekonomi. Bagi yang tidak setuju dengan konsep asuransi, silahkan tambahkan dalam pos dana darurat. Terakhir, lakukan investasi untuk tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Agar keuangan tetap sehat dan kita bisa menjaga agar pengeluaran dan gaya hidup terus terjaga tiap bulan, Budi merekomendasikan pentingnya memiliki catatan keuangan rutin untuk memonitor. Tujuannya tentu agar kita tidak hidup lebih besar pasak daripada tiang.
Tantangan dalam mencapai kondisi keuangan yang sehat, menurut Budi, adalah bagaimana mengendalikan antara kebutuhan dan keinginan.
"Kita harus memastikan fluktuasi pengeluaran dari bulan ke bulan terus terjaga agar tidak sampai defisit. Disamping itu, kita perlu menciptakan penghasilan yang berkesinambungan dan meningkat karena kebutuhan juga meningkat dari waktu ke waktu," ungkap Budi.
"Kendala lain adalah pengetahuan atau literasi keuangan yang terbatas. Karena itu, tingkatkan pengetahuan keuangan Anda agar jangan sampai membeli produk keuangan yang tidak diperlukan, berbiaya tinggi, atau lebih parah lagi bila sampai terkena penipuan investasi," pesan Budi.
"Sama halnya dengan penyakit, buruknya kondisi keuangan seharusnya dapat dicegah dengan cara hidup secukupnya, mengenali dan memenuhi kebutuhan, mengelola keinginan, dan belanja lebih sedikit dari uang yang dihasilkan," pungkas Ila.
Komentar