Jika Anda Sibuk, Pilih Tidur atau Olahraga?



Apa yang menjadi tantangan Anda dalam menjaga kesehatan? Polusi? Paparan sinar UV berlebihan? Ya, bisa saja. 

Tapi, jawaban yang paling mungkin terlontar dari pertanyaan di atas adalah: 'tidak ada waktu' untuk berolahraga.

Memang, salah satu tantangan di era modern ini adalah mengatur waktu menjalani hidup sehat di tengah himpitan rutinitas dan kesibukan tinggi yang biasanya dirasakan banyak orang di perkotaan; mulai dari kegiatan sehari-hari di kantor, terjebak kemacetan dari pagi, siang, hingga sore harinya, sampai tekanan pekerjaan yang makin menumpuk untuk segera dituntaskan.

Tapi, apakah memang benar tidak ada waktu untuk olahraga? Atau hal itu terjadi karena alasan ada kesibukan lain yang lebih penting untuk diutamakan?

Yang perlu diketahui terkait hal ini adalah, Mahatma Gandhi pernah berujar, "It is health that is real wealth and not pieces of gold and silver."

Jadi, apapun jawaban Anda, olahraga harus dan bisa dilakukan di tengah berbagai aktivitas sehari-hari; tanpa mesti mengganggu rutinitas pekerjaan yang padat sehari-hari.

Sehingga tidak perlu berusaha mengejar momen olahraga yang hilang dengan latihan fisik secara keras dan intens pada waktu tertentu, dengan harapan bisa menggantikan waktu olahraga yang hilang.

Karena pada dasarnya, olahraga yang baik adalah yang dilakukan secara teratur. Tidak perlu berdurasi lama. Singkat dan dilakoni dengan santai pun bisa sangat baik manfaatnya, asal dilakukan secara rutin.

Lalu bagaimana dengan tidur Anda? Tempo kehidupan kota besar yang serba sibuk membuat kita kerap bertanya, mana yang lebih penting untuk diprioritaskan: 8 jam tidur setiap hari tapi tak sempat berolahraga, atau 6 jam tidur agar bisa berolahraga 1-2 jam?

"Ini adalah pilihan sulit," ujar Dr. Charles Czeisler, pakar tidur di Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School. "Baik tidur maupun olahraga adalah komponen penting dalam gaya hidup sehat, dan tidak seharusnya dijadikan pilihan yang berlawanan."

Tidur penting untuk olahraga, tegas Czeisler. Saat tidur, kita memulihkan otot-otot dari olahraga, dan dengan cukup tidur, kita bisa mengurangi risiko cedera saat olahraga. Kurang tidur juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang membuat kita gampang sakit.

Mengorbankan tidur juga telah dikaitkan dengan kenaikan berat badan, penyakit kardiovaskular, dan diabetes. Tentu saja, olahraga teratur juga memberi manfaat, termasuk kualitas tidur yang lebih baik.

Czeisler memaparkan bahwa tidur larut, terutama jika Anda menggunakan perangkat elektronik dan berada di bawah cahaya terang sebelum waktu tidur, akan menggeser irama sirkadian tubuh.

Namun, perlu diingat bahwa manusia tetap membutuhkan sekitar 8 jam tidur setiap malam. Jadi, jika Anda bangun setelah 6 jam terlelap untuk berolahraga, sesungguhnya Anda menggunakan waktu biologis malam.

Peneliti dari Northwestern University ini menandaskan bahwa sel-sel otot juga memiliki irama sirkadian, dan mereka bekerja dan memulihkan diri jauh lebih baik saat jam biologis siang ketimbang malam. Jadi, bangun sebelum jam biologis malam usai untuk olahraga adalah kontraproduktif.

Bagaimana jika kita tak punya cukup waktu untuk kedua aspek penting ini? Desiree Ahrens, konsultan kesehatan di Mayo Clinic menyarankan agar kita pintar-pintar menyelipkan olahraga dalam aktivitas di siang hari. Misalnya, naik-turun tangga di kantor atau rumah.

"Terapkan sistem tarik-ulur untuk mencapai keseimbangan antara tidur cukup dan olahraga dalam hidup sehari-hari," tegas Ahrens.


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat