Demam Doodle Art Mendorong Mereka Menghasilkan Karya


Hobi corat-coret hanya buang waktu? Tentu tidak. Buktinya, "demam" doodle art yang melanda anak muda telah mendorong mereka menghasilkan karya.

Apa sih doodle itu?

Saat iseng mencoret-coret di buku catatan dan membentuk pola tersendiri, itulah sejatinya doodle art. Sesuai namanya, doodle berarti coretan, dan doodle art diartikan sebagai karya seni abstrak dan simpel, namun bermakna.

Azalia Paramatatya adalah salah satu anak muda yang menggandrungi doodle art. Gadis kelahiran Jakarta, 30 Januari 1991, yang biasa disapa Anya ini sudah menekuni hobi tersebut sejak SMP.

"Saya ingin sekali bisa menggambar, tapi tak mampu. Bisanya hanya corat-coret. Lama-kelamaan, coretan itu membentuk pola tersendiri, bahkan menghasilkan motif," kisah Anya.


Perbedaan doodle dan lukisan, menurut Anya, terletak pada sketsa.

Dalam melukis tujuannya jelas, dan umumnya dibuat sketsa terlebih dahulu. Ini beda dengan doodle art yang dilakukan secara spontan.

"Sketsa dan doodle sama-sama coretan. Bedanya, sketsa lebih konkret, sementara doodle lebih abstrak. Umumnya, doodle lebih ke ilustrasi," jelas Anya, yang lebih suka menghasilkan motif ala batik.

"Untuk menjadi seorang doodler, kita tidak harus bisa menggambar. Selama bisa mencoret dan menggaris, maka setiap orang pasti bisa doodling," pesan Anya.

Modalnya sederhana: cukup kertas dan pensil. Jika mau sedikit lebih rumit, bisa langsung memakai spidol atau cat air. Anya sendiri mengaku ke mana-mana selalu membawa peralatan seperti pensil, sketch book, dan cat air ukuran mini.



Yakin ia tak sendiri dalam kecintaan terhadap doodling, Anya mendirikan Doodle Art Indonesia pada 7 Februari 2015.

"Saya ingin teman-teman yang sudah punya doodle art tidak menyimpan karyanya sendiri. Karya itu harus disebarluaskan, siapa tahu ada yang mengapresiasi," kata gadis yang merasa ilmu manajemen dari bangku kuliahnya berguna untuk mengelola komunitas.

Perjalanan komunitas ini cukup unik. Selama tahun pertama, Doodle Art Indonesia (DAI) lebih banyak bergerak secara online, misalnya dengan membuat kompetisi online, dan belum ada "kopi darat" dengan sesama pencinta doodle.

Anya pun membuat pengumuman sederhana yang memanggil para doodler untuk mengambil peran sebagai administrator regional. Ternyata, seruan tersebut disambut antusias. Kini, ada 60 cabang DAI yang mewakili 60 daerah di berbagai penjuru Nusantara.

Perlahan, pamor DAI mulai dikenal. Pada 2015, sebuah SMA di Jakarta meminta 15 doodler komunitas tersebut untuk berpartisipasi dalam pentas seni. Dari situ, datanglah undangan untuk bekerja sama dalam sejumlah event.

Selain pihak sekolah, kampus, dan pemerintah, banyak pula perusahaan yang menggandeng DAI dalam acara mereka, seperti pembuatan mural bersama sebuah merek kopi ternama. Kerja sama komersial seperti ini membuka peluang yang dulu tak terpikir oleh Anya.



Setelah mencari tahu lebih jauh tentang doodle di Google, Haikal Farabi semakin tertarik. Ia menemukan komunitas DAI dan bergabung dengan DAI regional Jakarta pada 2016.

Haikal mengaku mendapat banyak manfaat dari berkomunitas dengan sesama pencinta doodle. Salah satunya adalah menjadikan karyanya sebagai sumber penghasilan saat menerima jasa pembuatan doodle art untuk kado ulang tahun atau anniversary.

Memang, sebagian besar anggota komunitas DAI yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa umumnya belum berpenghasilan. Itu sebabnya, sejumlah DAI regional terpikir membuat merchandise seperti kaos, jaket, dan produk lain yang bisa mendatangkan uang.

"Aku juga dapat teman baru dan ilmu tentang berbagai macam gambar. Selain itu, doodling bisa membuat mood jadi baik. Dan tentu, aku mendapat pengalaman baru bersama teman-teman di komunitas ini," tutur Haikal.



Ini diamini oleh Anya.

"Dengan berkomunitas, kita tak hanya dapat teman dan pengalaman baru, tapi juga meningkatkan apresiasi terhadap doodling," ujarnya.

"Doodling merupakan kegiatan alternatif yang positif, mengurangi waktu penggunaan gadget, dan juga menjadi ajang mengembangkan kreativitas," imbuhnya lagi.

Anya berharap, DAI bisa menjadi wadah berkarya para pencinta doodle, bahkan menjadi fasilitator yang menampilkan karya tersebut pada dunia. DAI bercita-cita membuat pertemuan regional seluruh Indonesia dan mencetak rekor MURI.

"Semoga komunitas kami tetap solid dan saling mendukung, serta karya kami semakin berkembang dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Tak hanya di bidang seni, tapi juga untuk kegiatan sosial," tandas Anya.


Doodle Art Indonesia

Apa saja yang bisa dilakukan bersama komunitas ini? Banyak. Selain kegiatan reguler seperti workshop, Doodle Art Indonesia juga kerap menggelar kompetisi online yang selalu disambut antusias.
Bahkan, pesertanya bisa mencapai 1.600 orang! Live doodling terbuka tak hanya untuk individu, tapi juga kelompok. Anda dan teman-teman bisa menggambar bersama menggunakan berbagai media, tak hanya kertas atau kain, tapi juga cangkir kopi, tembok, mobil, tong sampah, dan kaleng bekas cat. Kriteria yang dinilai adalah kesesuaian tema, kerapian, dan orisinalitas. Banyak lho, yang kreatif memasukkan unsur budaya lokal dalam kreasi doodle-nya, seperti wayang, batik, dan gamelan. Masih pemula? Cari referensi sebanyak-banyaknya dan rajinlah berlatih, dan maksimalkan kesempatan untuk berbagi dalam komunitas.

Kontak mereka di:
Email: doodleartindonesia@gmail.com
Instagram: @doodleartindonesia
WhatsApp: 081222650091
Line Official: @zng2368k


Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat