Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Anak

Di rumah, risiko luka bakar pada anak cukup besar, entah karena kelalaian orangtua atau keaktifan si kecil. Bagaimana pertolongan pertama yang tepat?

Tahukah Anda bahwa 82 persen kejadian luka bakar pada anak terjadi di dalam rumah?

Penelitian mengungkap, anak usia di bawah 5 tahun paling sering terkena luka bakar akibat cairan panas. Sementara itu, anak usia 5-18 tahun paling sering terkena luka bakar akibat kontak dengan benda panas dan api.

Apa sih yang dimaksud dengan luka bakar? Ini adalah cedera pada kulit atau daerah tubuh lain yang disebabkan oleh panas, cairan/air panas, listrik, kontak dengan bahan kimia, gesekan, dan radiasi.

Dari semua penyebab ini, menurut Dr. Lisa Hasibuan, Sp.BP-RE(K), staf pengajar Divisi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin, Bandung, kontak dengan cairan panas adalah yang paling sering.

"Sebanyak 55 persen luka bakar pada anak diakibatkan oleh cairan panas, seperti air atau masakan seperti sup dan bubur," jelas Dr. Lisa.

"Sementara itu, 21 persen luka bakar pada anak saat berada di rumah disebabkan oleh kontak dengan benda panas, 13 persen akibat api, dan sisanya akibat listrik dan bahan kimia," ujar Dr. Lisa.

Pemaparan serupa disampaikan oleh staf pengajar Departemen Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Dr. Theddeus O.H. Prasetyono, Sp.BP-RE(K).

"Pada anak, luka bakar sering kali berupa cedera kecil dan dianggap sepele. Namun, ini tetap butuh perhatian besar. Apalagi, bila terjadi di tangan, wajah, kaki, dan kelamin. Jangan sampai diabaikan," jelas pakar yang akrab disapa Dr. Teddy ini.

Misalnya, luka bakar yang terjadi di telapak tangan balita. Sehari-hari, tangan anak usia tersebut umumnya menguncup, sehingga kalau ada luka akan cepat sembuh secara alami. Namun, secara fungsional, tangan anak bisa sulit untuk digerakkan.

Dr. Teddy mengingatkan pentingnya pemahaman terhadap pertolongan pertama akibat luka bakar pada anak.

"Prinsip pertolongan pertama mengikuti bagaimana masyarakat diajarkan pertolongan hidup dasar," tegas Dr. Teddy. "Jangan pikirkan dulu lukanya. Nomor satu adalah memikirkan apakah aliran napasnya terganggu atau tidak."

"Biasanya, yang membuat anak tidak tertolong adalah karena jalan napasnya di tenggorokan tertutup lidah. Saat tidak sadar, lidah bisa jatuh ke belakang dan menutupi jalan napas," Dr. Teddy menandaskan.

Kalau sudah begini, yang harus dibantu adalah bagaimana jalan napasnya terbuka dengan cara ditengadahkan, dan dagunya berada lebih tinggi dari semua permukaan kepala.

Kedua, kalau ada yang menjerat anak pada pengembangan dada, maka dia harus dibebaskan lebih dulu. Contoh, pakaian yang ketat atau ikut terbakar sehingga lengket pada tubuhnya, agar dadanya bisa kembang-kempis dan proses bernapas tidak terganggu.

"Bila sudah sadar, segera beri anak minum air putih yang cukup banyak agar tidak dehidrasi," kata Dr. Teddy. "Pastikan juga bahwa si penolong pun berhati-hati, agar bisa menolong anak tanpa ikut cedera."

Misalnya, dalam kasus terbakar listrik, amankan diri dengan isolator barang yang tidak menjadi medium aliran listrik, seperti memakai alas kaki, menghindari genangan di lantai, atau mematikan sikring.

Penanganan luka bakar yang baik, menurut Dr. Lisa, memerlukan tim dengan multidisiplin ilmu, antara lain dokter, dokter bedah plastik atau bedah, perawat, pakar nutrisi, dan terapis.

Karena itu, penanganan lanjut pasien luka bakar sebaiknya dilakukan di rumah sakit yang memiliki tim dan unit luka bakar. Pada dasarnya, penanganan pada anak sama dengan orang dewasa, tetapi anak perlu lebih banyak perhatian karena perbedaan kebutuhan cairan.

Bagaimana dengan bekas luka?
Untuk luka bakar derajat 1, kulit dapat tidak menimbulkan bekas. Namun, luka bakar derajat 2-3 dapat menyebabkan bekas luka dan kontraktur, yakni tarikan oleh jaringan parut yang menyebabkan gangguan fungsi dan penampilan.

"Bekas luka bakar bisa hilang sempurna, bila luka hanya mengenai lapisan terluar kulit. Untuk mengatasi luka bakar derajat 2-3, dilakukan penutupan luka dengan tandur alih kulit (skin graft) yang diambil dari kulit sehat pasien, atau kulit sehat di sekitar luka (flap)," ujar Dr. Lisa.

Bagi para orangtua, Dr. Lisa mengingatkan bahwa langkah antisipasi terbaik adalah melakukan tindakan pencegahan dan pengawasan yang baik terhadap anak-anak.

"Hindarkan anak dari sumber yang berpotensi menyebabkan luka bakar, seperti api, barang dan bahan saat memasak, kontak dengan alat atau sumber aliran listrik yang terbuka, serta bahan atau cairan kimia di rumah," tegas Dr. Lisa.

"Simpanlah dan jauhkan dari jangkauan anak-anak sumber-sumber panas tersebut, dan simpanlah panci berisi cairan panas di tempat yang jauh dari jangkauan anak. Saat menuang air panas, sebaiknya anak tidak berada di dekat Anda," imbuhnya lagi.

"Terakhir, simpanlah bahan-bahan kimia seperti pembersih lantai dan cairan pembersih kamar mandi pada tempat atau lemari yang tertutup," pungkasnya.

Mitos atau Fakta?
Banyak yang masih percaya luka bakar dapat ditangani dengan mengoleskan bahan-bahan seperti mentega, pasta gigi, kecap, minyak, es batu, atau terigu. Para dokter yang kami wawancarai menegaskan bahwa ini bukanlah metode penanganan luka bakar yang baik. Sebaliknya, bahan-bahan tersebut justru dapat membuat luka menjadi lebih dalam karena mereka dapat menyebabkan vasokonstriksi. Bahan-bahan tersebut juga bisa mengganggu perawatan luka dan mengundang potensi infeksi.

Lain Anak, Lain Dewasa
Patut diketahui bahwa ada perbedaan dalam manifestasi luka bakar pada anak dan pada orang dewasa. Karena rasio permukaan tubuh dan berat badan pada anak yang lebih besar, maka anak:

* Metabolisme tubuhnya lebih tinggi.
* Lebih mudah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan).
* Lebih mudah terjadi hipotermia (suhu tubuh menurun).
* Kulit lebih tipis dari orang dewasa, sehingga lebih rentan terkena luka bakar yang dalam.

Tiga Tingkat Luka Bakar

Derajat 1
Luka mengenai lapisan kulit terluar. Kulit tampak kemerahan dan terasa nyeri. Contoh, luka bakar akibat berjemur (sinar matahari (.

Derajat 2
Luka mengenai lapisan kulit yang lebih dalam. Kulit tampak kemerahan, basah, bisa muncul lepuhan, dan terasa nyeri.

Derajat 3
Luka mengenai seluruh lapisan kulit. Kulit tampak putih atau cokelat kehitaman, kering, dan tidak terasa nyeri.

Panduan Pertolongan Pertama

* Hentikan proses terbakarnya kulit dengan menjauhkan anak dari sumber panas atau memadamkan api.
* Lepaskan pakaian yang terkena api/cairan panas/bahan kimia.
* Lepaskan semua aksesoris, seperti cincin dan gelang.
* Dinginkan luka bakar dengan menyiram luka menggunakan air biasa atau air keran yang mengalir selama + 20 menit. (Ini efektif jika dilakukan dalam waktu kurang dari 3 jam setelah kejadian.)
* Jangan menggunakan es atau air es untuk mendinginkan luka, karena ini akan membuat luka menjadi lebih dalam.
* Tutup luka bakar dengan plastik wrap atau kain bersih kering. Pada bagian yang melingkar, seperti dada, perut, tangan dan kaki, pastikan agar balutan tidak terlalu kencang karena dapat mengganggu peredaran darah.
* Pastikan anak tidak mengalami hipotermia. Keringkan dan selimuti bila perlu. Atau, segera bawa ke rumah sakit terdekat.

Komentar

Paling Banyak Dibaca 👷👸👳👲👱👮👴👵👷

Selama Bulan Puasa Penghasilan Pengemis Ini Rp. 90 Juta

Ts'ai Lun, Penemu Kertas

Mengenal Komunitas Rajut Kejut

Mengenal Komunitas Yoga Gembira

Angka Penderita Diabetes di Indonesia Semakin Meningkat