Mengenal Komunitas Indonesia Berkebun
Suka bercocok tanam tapi tak punya lahan? Gabunglah dengan komunitas ini. Selain menekuni hobi, Anda bisa saling berbagi!
Banyaknya lahan "tidur" di sejumlah kota besar semestinya bisa dimanfaatkan sebagai lahan produktif. Salah satunya adalah melalui urban farming alias pertanian kota yang dapat menyediakan kebutuhan sayuran organik skala kecil.
Inilah dasar pemikiran yang mendorong terbentuknya komunitas unik bernama Indonesia Berkebun, yang melakukan tanam perdana di lahan apartemen Springhill, Kemayoran, pada Februari 2011. Co-initiator sendiri cukup banyak, di antaranya Achmad Marendes, Sigit Kusumawijaya, dan Fahmi Alhaqiqi.
Abdul Somad (27 tahun), Public Relations Jakarta Berkebun, menuturkan bahwa visi besar komunitas ini adalah menciptakan ketahanan pangan dalam skala rumah tangga melalui kegiatan urban farming.
"Kami ingin memanfaatkan lahan sekitar rumah yang tidak produktif menjadi sumber makanan, khususnya sayuran bebas pestisida dan kimia residu," jelas Abdul.
Banyak cerita unik dari komunitas ini.
Salah satunya adalah anggota yang mengalami "cinta lokasi" saat berkebun bersama, bahkan sampai ke jenjang pernikahan. Ada yang dijuluki "pasangan kangkung" karena cinta terjalin saat masa-masa menanam kangkung!
Komunitas ini ingin memacu semangat berkebun, baik dalam komunitas maupun di lingkungan masing-masing. Banyak penggiat yang juga rutin mengajak anak mereka untuk ikut berkebun dan mengenalkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini.
Salah satu anggota yang termotivasi bergabung karena kecintaan terhadap berkebun adalah Kurnia.
"Banyak manfaat yang saya dapat selama bergabung di komunitas ini, seperti tambah family di luar lingkungan rumah, menambah wawasan berkebun, dan yang pasti jadi lebih sehat karena saling berada di lingkungan hijau," ujar Kurnia.
Menurut pria yang bergabung sejak April 2013 ini, salah satu pengalaman berkesan didapat ketika ikut konferensi Indonesia Berkebun pada 2014. Ketika itu, Kurnia mendapat banyak teman baru dari berbagai kota.
Dia juga mengaku senang dengan kegiatan komunitas yang positif, seperti sosialisasi ke warga seputar urban farming dan edukasi jenis tanaman pangan yang lebih cepat dipanen dan memiliki nilai gizi.
Hobi pula yang mengantarkan Muslim (30 tahun) bergabung pada 2013.
Di Indonesia Berkebun, Muslim merasa menemukan wadah yang tepat. Awalnya hanya bergabung di Facebook, dia lantas rajin mengikuti kegiatan rutin, seperti pelatihan berkebun yang mengajarinya cara merawat tanaman dan bercocok tanam di media tertentu.
"Saya mendapatkan banyak hal, salah satunya ilmu tentang tanam-menanam," cerita Muslim. "Sayuran menjadi jenis tanaman yang paling sering saya tanam, sama seperti anggota lain."
Meski demikian, berkomunitas tetap tak lepas dari tantangan.
Salah satu yang dihadapi komunitas ini adalah retensi bagi penggiat baru, karena ternyata cukup jarang orang yang memiliki dua kecintaan sekaligus: berkebun dan berkomunitas. Biasanya, orang hanya memiliki salah satu kriteria tersebut.
Selain itu, Abdul mengaku tantangan datang dari kekurangan SDM saat ada undangan atau kegiatan di luar. "Mayoritas kami adalah pekerja kantoran. Ada juga yang punya bisnis sendiri. Masih sulit menemukan individu yang bisa komitmen penuh di komunitas," jelasnya.
Tantangan berikut datang dari segi pendanaan, karena komunitas ini ingin terus berupaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan dana, baik operasional maupun kegiatan yang bersifat remote.
"Karena itulah, kami bekerja sama dengan berbagai instansi, misalnya untuk kegiatan edukasi," ujar Abdul. "Namun, kami punya aturan tegas untuk tidak meminta sumbangan tanpa dasar yang jelas atas nama komunitas."
Abdul berharap Indonesia Berkebun bisa eksis, bahkan memperoleh prestasi. Sebelumnya, mereka sempat menerima sejumlah penghargaan untuk kepedulian terhadap isu lingkungan.
"Semoga kian banyak yang memahami pentingnya pemanfaatan lahan 'tidur' untuk perkebunan skala kecil," tandas Abdul. "Hasilnya bukan cuma untuk di meja makan, melainkan juga tabungan oksigen bagi generasi mendatang."
4 Misi Indonesia Berkebun
* Ekologi
Menyuburkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
* Edukasi
Memberi pengetahuan, wawasan, serta keterampilan berkebun kepada berbagai lapisan masyarakat.
* Ekonomi
Membangun konsep mandiri pangan skala rumah tangga, dan mengurangi biaya belanja untuk kebutuhan sayuran organik.
* Sosial
Menjadi socio-educator dan socio-farmer terkait urban farming dan mengarahkannya menjadi pemberdayaan masyarakat.
Berkebun Bersama
Saat ini Indonesia Berkebun memiliki 48 jejaring di berbagai kota maupun kampus. Keanggotaan bersifat tidak mengikat, dan siapa pun yang tertarik bisa bergabung. Kontak mereka di:
Sekretariat Indonesia Berkebun
Ruko Golden Boulevard BSD Blok H2/36-39
Jl. Pahlawan Seribu, BSD, Tangerang Selatan
Website: www.indonesiaberkebun.org
Facebook: Jakarta Berkebun
Twitter: @idberkebun
Instagram: @jktberkebun
Banyaknya lahan "tidur" di sejumlah kota besar semestinya bisa dimanfaatkan sebagai lahan produktif. Salah satunya adalah melalui urban farming alias pertanian kota yang dapat menyediakan kebutuhan sayuran organik skala kecil.
Inilah dasar pemikiran yang mendorong terbentuknya komunitas unik bernama Indonesia Berkebun, yang melakukan tanam perdana di lahan apartemen Springhill, Kemayoran, pada Februari 2011. Co-initiator sendiri cukup banyak, di antaranya Achmad Marendes, Sigit Kusumawijaya, dan Fahmi Alhaqiqi.
Abdul Somad (27 tahun), Public Relations Jakarta Berkebun, menuturkan bahwa visi besar komunitas ini adalah menciptakan ketahanan pangan dalam skala rumah tangga melalui kegiatan urban farming.
"Kami ingin memanfaatkan lahan sekitar rumah yang tidak produktif menjadi sumber makanan, khususnya sayuran bebas pestisida dan kimia residu," jelas Abdul.
Banyak cerita unik dari komunitas ini.
Salah satunya adalah anggota yang mengalami "cinta lokasi" saat berkebun bersama, bahkan sampai ke jenjang pernikahan. Ada yang dijuluki "pasangan kangkung" karena cinta terjalin saat masa-masa menanam kangkung!
Komunitas ini ingin memacu semangat berkebun, baik dalam komunitas maupun di lingkungan masing-masing. Banyak penggiat yang juga rutin mengajak anak mereka untuk ikut berkebun dan mengenalkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini.
Salah satu anggota yang termotivasi bergabung karena kecintaan terhadap berkebun adalah Kurnia.
"Banyak manfaat yang saya dapat selama bergabung di komunitas ini, seperti tambah family di luar lingkungan rumah, menambah wawasan berkebun, dan yang pasti jadi lebih sehat karena saling berada di lingkungan hijau," ujar Kurnia.
Menurut pria yang bergabung sejak April 2013 ini, salah satu pengalaman berkesan didapat ketika ikut konferensi Indonesia Berkebun pada 2014. Ketika itu, Kurnia mendapat banyak teman baru dari berbagai kota.
Dia juga mengaku senang dengan kegiatan komunitas yang positif, seperti sosialisasi ke warga seputar urban farming dan edukasi jenis tanaman pangan yang lebih cepat dipanen dan memiliki nilai gizi.
Hobi pula yang mengantarkan Muslim (30 tahun) bergabung pada 2013.
Di Indonesia Berkebun, Muslim merasa menemukan wadah yang tepat. Awalnya hanya bergabung di Facebook, dia lantas rajin mengikuti kegiatan rutin, seperti pelatihan berkebun yang mengajarinya cara merawat tanaman dan bercocok tanam di media tertentu.
"Saya mendapatkan banyak hal, salah satunya ilmu tentang tanam-menanam," cerita Muslim. "Sayuran menjadi jenis tanaman yang paling sering saya tanam, sama seperti anggota lain."
Meski demikian, berkomunitas tetap tak lepas dari tantangan.
Salah satu yang dihadapi komunitas ini adalah retensi bagi penggiat baru, karena ternyata cukup jarang orang yang memiliki dua kecintaan sekaligus: berkebun dan berkomunitas. Biasanya, orang hanya memiliki salah satu kriteria tersebut.
Selain itu, Abdul mengaku tantangan datang dari kekurangan SDM saat ada undangan atau kegiatan di luar. "Mayoritas kami adalah pekerja kantoran. Ada juga yang punya bisnis sendiri. Masih sulit menemukan individu yang bisa komitmen penuh di komunitas," jelasnya.
Tantangan berikut datang dari segi pendanaan, karena komunitas ini ingin terus berupaya mandiri dalam memenuhi kebutuhan dana, baik operasional maupun kegiatan yang bersifat remote.
"Karena itulah, kami bekerja sama dengan berbagai instansi, misalnya untuk kegiatan edukasi," ujar Abdul. "Namun, kami punya aturan tegas untuk tidak meminta sumbangan tanpa dasar yang jelas atas nama komunitas."
Abdul berharap Indonesia Berkebun bisa eksis, bahkan memperoleh prestasi. Sebelumnya, mereka sempat menerima sejumlah penghargaan untuk kepedulian terhadap isu lingkungan.
"Semoga kian banyak yang memahami pentingnya pemanfaatan lahan 'tidur' untuk perkebunan skala kecil," tandas Abdul. "Hasilnya bukan cuma untuk di meja makan, melainkan juga tabungan oksigen bagi generasi mendatang."
4 Misi Indonesia Berkebun
* Ekologi
Menyuburkan lahan tidur menjadi lahan produktif.
* Edukasi
Memberi pengetahuan, wawasan, serta keterampilan berkebun kepada berbagai lapisan masyarakat.
* Ekonomi
Membangun konsep mandiri pangan skala rumah tangga, dan mengurangi biaya belanja untuk kebutuhan sayuran organik.
* Sosial
Menjadi socio-educator dan socio-farmer terkait urban farming dan mengarahkannya menjadi pemberdayaan masyarakat.
Berkebun Bersama
Saat ini Indonesia Berkebun memiliki 48 jejaring di berbagai kota maupun kampus. Keanggotaan bersifat tidak mengikat, dan siapa pun yang tertarik bisa bergabung. Kontak mereka di:
Sekretariat Indonesia Berkebun
Ruko Golden Boulevard BSD Blok H2/36-39
Jl. Pahlawan Seribu, BSD, Tangerang Selatan
Website: www.indonesiaberkebun.org
Facebook: Jakarta Berkebun
Twitter: @idberkebun
Instagram: @jktberkebun
Komentar