Setelah Luka, Timbullah Keloid
Keloid kerap muncul di area tubuh yang mudah terlihat. Adakah cara menghilangkannya?
Jika ada yang tersisa dari sebuah luka, bisa jadi keloid adanya.
Keloid adalah kelainan proses penyembuhan luka yang berupa pertumbuhan berlebihan dari jaringan parut, melebihi batas luka, dan melebihi waktu normal proses penyembuhan luka.
Menurut Dr. Eddy Karta, Sp.KK, staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, keloid terjadi karena ada surplus jumlah growth factor dan sitokin (atau mediator peradangan).
"Ini dibarengi ketidakmampuan tubuh untuk menjalankan remodelling atau penipisan permukaan luka mengikuti kontur kulit bentuk awal," ujar Eddy. "Ini mengakibatkan tekstur bekas luka tambah tebal dan luas, melampaui luas area awal."
Menurut Dr. Eddy, sejauh ini penyebab keloid adalah perlukaan pada individu yang memiliki bawaan atau genetik mudah timbul keloid.
"Karena peranan faktor genetik, potongan atau cedera kulit sependek apa pun bisa memacu timbulnya keloid. Pada pemilik faktor genetik ini, sebaiknya dokter tidak menjanjikan hasil 100 persen pasti bebas keloid," tegas Dr. Eddy.
Secara tingkat sel, keloid merupakan kelainan kulit yang dikategorikan jinak. Artinya, keloid tidak memiliki efek sistemik bagi kesehatan dan tidak merusak jaringan lemak atau tulang sekitar kulit. Keloid juga tidak akan berkembang menjadi kanker.
Pemaparan senada disampaikan oleh Dr. Rachel Djuanda, Sp.KK dari RSU Bunda Jakarta.
"Keloid merupakan bentuk lain dari tumor jinak yang muncul di tangan dan kaki. Tumor jinak memiliki karakteristik bentuk dan struktur baik, tumbuhnya lambat atau tidak tumbuh sama sekali, dan tidak meluas ke jaringan sekitar," jelas Dr. Rachel.
"Ini berbeda dengan tumor ganas yang bentuknya tidak beraturan atau memiliki struktur buruk, tumbuh dengan cepat, dan dapat meluas ke jaringan sekitar, bahkan ke pembuluh darah," tandas Dr. Rachel.
"Biasanya, keloid muncul mulai usia remaja pada seseorang yang memang memiliki bakat dan diawali trauma. Bentuknya tak beraturan, memiliki batas tegas, dan tampak cokelat berkilauan. Lokasi bisa di dada, punggung, atau lengan atas, dan berisi jaringan ikat kulit," tutur Dr. Rachel.
Keloid dapat berbahaya bagi rasa percaya diri seseorang. Apalagi, pada beberapa kasus tertentu, ukurannya cukup besar. Jika posisinya melintasi persendian, keloid juga dapat membatasi gerakan.
"Selama tidak menimbulkan keluhan, tumor jinak seperti keloid sebenarnya tidak perlu dibuang. Namun, untuk masalah estetika, keloid bisa dihilangkan dengan bedah minor," tandas Dr. Rachel.
Kabar baiknya, saat ini ilmu kedokteran kulit semakin berkembang dengan berbagai disiplin ilmu dan modalitas terapi untuk mengobati keloid. Di bidang bedah kulit, penelitian juga terus dilakukan agar operasi tidak memacu timbul keloid.
Umumnya, dokter ahli kulit akan mendiskusikan pilihan terapi dengan pasien berdasarkan umur, tipe keloid, dan kenyamanan pasien. Contoh, jika keloid timbul di telinga, maka opsi terapi yang dapat dipilih adalah penipisan keloid dengan metode bedah lapis demi lapis, alih-alih diangkat sekaligus dalam satu irisan.
Ada sejumlah metode untuk meminimalisir keloid yang diakibatkan oleh prosedur operasi.
Dr. Eddy menjelaskan bahwa salah satunya adalah dengan menggunakan benang yang monofilamen dan non-absordable. Jahitan dibuat sekecil mungkin untuk mengurangi luas perlukaan dan tidak terlalu ketat untuk mengurangi reaksi peradangan.
"Setelah itu, balutan perban ditekan agar jaringan parut tidak tumbuh berlebih. Pengangkatan jaringan harus tepat waktu agar kulit segera bebas tekanan," ujar Dr. Eddy.
"Pasien juga harus menjaga kebersihan kulit agar penyembuhan luka cepat dan tidak timbul reaksi berlebihan," lanjutnya. "Tentu, dokter akan selalu mempertimbangkan untung-rugi sebuah tindakan."
"Dalam hal ini, keuntungan harus lebih besar dari risiko. Misalnya, untuk operasi usus buntu yang menyelamatkan nyawa, tentu pilihan operasi akan diambil ketimbang memikirkan bekas keloid di perut," jelas Dr. Eddy.
Dalam memilih terapi keloid yang tepat, ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan.
Di antaranya adalah biaya, frekuensi kunjungan dokter, tingkat persentase kesembuhan, hasil yang diharapkan, serta tingkat kepatuhan pasien. Misalnya, apakah pasien tahan nyeri atau tidak.
"Yang terpenting diperhatikan adalah pencegahan," tandas Dr. Eddy. "Bila pernah punya keloid, hindari tindik dan tato jarum. Selalu gunakan proteksi agar kulit tidak luka oleh sebab fisik maupun panas."
Langkah yang juga efektif untuk mengurangi risiko timbul keloid adalah perawatan luka yang baik.
Caranya? Cucilah luka dengan air dan sabun. Luka yang bersih akan lebih mudah sembuh dan tidak berkembang menjadi keloid. Dalam mencuci luka, hindari penggunaan zat kimia seperti hidrogen peroksida, alkohol, atau antiseptik povidone-iodine yang bisa terlalu keras di kulit.
Sebaiknya, tutup luka dengan kain kasa yang mengandung jeli petroleum. Setelah luka kering, hindari menggaruk luka tersebut, apalagi sampai timbul lecet. Ini dapat memicu infeksi bakteri yang selanjutnya akan memperparah keloid itu sendiri.
Segera setelah kering, gunakan lembaran silikon untuk menekan permukaan kulit agar tidak tumbuh berlebih. Jangan lupa untuk selalu melindungi luka dengan tabir surya.
Fakta Keloid
✓ Pencetusnya adalah luka berdarah, terutama di area rentan, seperti telinga, pipi, pundak, punggung, lengan atas, perut, dan dada.
✓ Jenis luka yang berisiko tinggi menimbulkan keloid? Luka yang memicu banyak pelepasan mediator inflamasi atau sitokin, bersifat luas, dalam, kotor, panas, sehingga mengaktifkan berbagai jalur inflamasi.
✓ Jenis luka utama antara lain luka sayat sehabis operasi, jerawat, luka gores atau garuk, luka bakar, tindik telinga, bekas suntik vaksin, dan penyakit infeksi kulit, misalnya cacar.
✓ Jarang terbentuk di kelopak mata, daerah kelamin, dan telapak tangan maupun telapak kaki.
Ragam Terapi Keloid
Suntik Kortikosteroid
Inilah terapi lini pertama untuk pasien keloid dengan 50-80 persen respons baik. Pasien disuntik setiap tiga minggu, namun keloid masih bisa kambuh dalam lima tahun pertama. Dapat dikombinasi dengan terapi sinar dan cryotheraphy yang dilakukan dokter ahli kulit.
Laser
Dapat menipiskan keloid, terutama yang masih lunak. Dilakukan menggunakan teknik short-pulsed dye laser yang diberikan selama 2-6 sesi dengan selang waktu 2-6 minggu. Hati-hati bila laser menimbulkan perlukaan atau ablasi, karena dapat memicu keloid baru.
Cryotheraphy
Efektif untuk semua bekas luka dan dapat dilakukan sinergis dengan penyuntikan kortikosteroid. Namun, terapi ini terbatas pada area keloid yang kecil dan dapat menimbulkan nyeri dan lepuh.
Lembar Silikon & Gel
Pasien menggunakan perban yang mengandung silikon atau gel silikon yang dioles teratur selama dua bulan sejak awal timbul luka. Tidak berhasil untuk keloid lama.
Bedah
Efektif untuk keloid yang tidak merespons pengobatan, tapi dapat kambuh sampai 45-100 persen bila tidak dikombinasi dengan modalitas non-bedah.
Komentar